Damai Kami Sepanjang Hari

Damai Kami Sepanjang Hari

POLRI MELINDUNGI DAN MELAYANI MASYARAKAT

Senin, 17 Januari 2011

Dari Pada Meratapi Nasib, Coba Optimis !!!

Sikap optimistis melepaskan Anda dari belenggu situasi buruk di dalam maupun di luar diri. Sikap itu akan muncul bila Anda mampu meredam pesimisme dengan berbagai bentuk "imunisasi" mental.

Salah satu dampak mengkhawatirkan dari krisis berbagai aspek kehidupan belakangan ini ialah timbulnya "penyakit" pesimistis dengan gejala lesu, lemah, dan putus asa. Selanjutnya sikap itu bisa menyebabkan gangguan mental cukup serius. Kalau tidak segera ditanggulangi, bisa menurunkan daya saing dalam menghadapi situasi sulit. 

Daripada meratapi nasib, mengapa tidak mencoba bangkit untuk mengubahnya? Caranya, telusuri apa yang bisa dikerjakan dalam jangka pendek. Misalnya, mencari jalan agar bisa bertahan hidup. Dengan demikian rasa optimistis bisa muncul, meski tidak selalu besar. Jadi jawabannya, kerjakan sesuatu daripada tidak melakukan apa-apa! Kalau berhasil, minimal kita telah memperoleh angka 1. Kalau gagal, tidak ada ruginya, nothing to loose.

Seorang pemenang adalah mereka yang bisa tersenyum saat menghadapi kemalangan atau masalah. Anggap saja kemalangan itu batu ujian. Jangan menyerah bila dalam diri kita muncul rasa takut, frustrasi, atau bahkan mulai depresi. Bila dibiarkan, "musuh-musuh" itu akan masuk ke dalam "kamar mental" kita, dan bisa meracuni kita secara spiritual, mental, dan fisik.

Psikolog Orison Marden berujar, "Jauh di dalam diri setiap manusia terdapat kekuatan-kekuatan yang masih tertidur nyenyak. Kekuatan yang tidak pernah terbayangkan mereka miliki. Apabila kekuatan itu berhasil dibangkitkan dan diaktifkan, kehidupan dengan cepat bisa diubah."

Solusi yang dilakukan beberapa pakar di Amerika Serikat seperti Anthony Robins, Stephen R. Covey, Zig Ziglar, dll. serta beberapa pakar di negara maju lain yaitu berusaha membangkitkan kembali gairah hidup. Yang bisa membangkitkan gairah hidup tak lain adalah diri kita sendiri. Pada saat inilah dibutuhkan "imunisasi" mental untuk membangkitkan optimisme! 

Program "imunisasi" mental ini bertujuan melindungi diri dari serangan pesimisme. Prinsip dasarnya, apabila menjalani imunisasi, seseorang pasti diberi vaksin, entah berbentuk suntikan atau obat tetes di mulut. "Vaksin" pencegah rasa pesimistis diharapkan berhasil merangsang diri, terutama mental kita untuk kemudian menghasilkan zat kekebalan atau antibodi berupa rasa optimistis yang bisa menumpas pesimisme.

Pertama-tama disarankan untuk mengubah pola pikir. Jangan mundur dari kegagalan pertama dan jangan terus meratapi nasib. Lebih baik bangkit untuk segera mengubahnya. Pandanglah situasi galau dengan kaca mata baru. Mudah-mudahan celah menuju jalan keluar dari kesulitan yang menekan bisa ditemukan.

Seseorang yang berhasil mengatasi suatu kemalangan berarti tak mundur saat menghadapinya. Kemalangan hidup hendaknya tidak cepat dianggap kegagalan. Hendaknya, siap menghadapi setiap negativisme dan berusaha menerima cahaya pemikiran positif. Ingat, kegagalan bukanlah suatu aib, apalagi kalau Anda sudah berusaha sekeras mungkin untuk mengatasinya.

Ada banyak cara "menyuntikkan vaksin" mental untuk membangkitkan rasa optimistis. Bisa mencari bantuan pada seorang profesional, yang tentu membutuhkan biaya. Atau, berusaha memotivasi diri sendiri.

Berikut ini beberapa jenis "vaksin" yang bisa dipilih. Biasanya setiap "vaksin" akan berfungsi lebih optimal bila disesuaikan dengan peta mental diri kita sendiri. Demikian pula "dosis"nya. Ada yang cukup melakukan beberapa kali saja, ada pula yang perlu mengulang berkali-kali. "Suntikan vaksin" berikut ini mempunyai tujuan sama, yakni mengubah pola pikir agar melihat masa depan secara optimistis sehingga kita dapat menghadapi tantangan hidup secara realistis. 


"Suntikan vaksin" cara auditori
Cara ini lebih cocok bagi Anda yang bertipe pendengar: 
  1. Mencari cerita atau kisah nyata, kata-kata, kalimat-kalimat dari orang-orang yang terkenal gigih dalam mengarungi badai kehidupan. Cari, tokoh favorit Anda. Misalnya saja Bung Karno. Cari buku-buku atau artikel yang memuat biografi orang terkenal ini. Teladan apa yang bisa disimak darinya. Bagaimana kegigihannya untuk mencapai kemerdekaan. Bagaimana pula cara ia memotivasi diri dan orang lain. Buatlah cerita singkat dan bacalah setiap kali Anda sempat.
  2. Bisa juga menulis sebuah cerita pendek yang menstimulasi diri. Rekam suara Anda sambil membaca cerita, kisah nyata, biografi tokoh itu di kaset. Dengarkan berulang kali kapan saja sempat sampai hafal. Sebagai latar belakang kaset bisa diberi ilustrasi musik klasik atau musik tenang lain.
  3. Carilah tempat sepi, entah di pantai atau pegunungan. Atau, bisa juga di dalam kamar atau kamar mandi. Tunggu saat-saat rumah sepi atau sambil menyetel radio agak keras, Anda berteriak dan menumpahkan segala unek-unek di situ. Kalau perlu menangis, menangislah sepuas-puasnya sambil menyebutkan segala kekurangan pada diri Anda serta semua kebodohan yang pernah dilakukan. Tertawakan diri Anda dan berjanjilah pada diri sendiri, tidak akan mengeluh, menyalahkan diri, ataupun menunggu pertolongan orang lain. Anda sendirilah yang dapat menolong diri Anda.
  4. Berdialoglah dengan diri Anda. Buatlah skenario dengan pemain Anda sendiri. Tanyakan pada diri sendiri mengapa sampai bisa melakukan segala kebodohan itu. Apa saja kekurangan Anda dan apa pula yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya.
  5. Berdialog dan berdiskusi dengan orang lain. Ini membutuhkan keberanian untuk membuka diri dan menceritakan kekurangan Anda kepada orang lain. Carilah orang di sekitar Anda yang bisa dipercaya, mau berbagi, dan bisa memotivasi Anda. Mintalah saran, bagaimana cara mereka mengatasi kebodohan mereka. Hindari orang yang juga bersikap pesimistis, karena justru akan menularkan "penyakit" itu. 

"Suntikan vaksin" cara visual
Lebih cocok bagi Anda yang bertipe melihat: 
  1. Buatlah gambar di kertas (tidak perlu bagus), tentang apa saja yang ingin Anda lakukan dalam hidup ini (yang selama ini Anda rasa tidak mungkin). Misalnya ingin punya rumah, punya mobil, punya komputer. Gambarkan secara spesifik, warna, merek, bentuk, sejelas-jelasnya. Bawalah ke mana Anda pergi dengan cara menyelipkannya di dalam buku atau dompet. Atau menempelkannya pada dinding kamar atau kamar kerja. Lama kelamaan gambar itu akan tertanam dalam diri Anda dan secara tidak sadar akan memotivasi Anda untuk mendapatkannya.
  2. Belajar membuat bayangan "sukses" dalam diri Anda. Prinsipnya, mengapa Anda harus putus asa saat menghadapi kemalangan. Anda tahu bahwa Anda bisa mencapai suatu keberuntungan. Tengok saja ketika kapten kapal atau pilot pesawat terbang menghadapi badai selama perjalanan. Saat-saat demikian, mereka merasa perlu mengerahkan segala keterampilan terbaik mereka untuk menghindari badai. Para kapten kapal dan pilot pesawat bukan ahli penakluk cuaca, tapi mereka menjadi terampil akibat sering menghadapi badai. Segala konsekuensinya harus dipikul sendiri. Keputusasaan tidak ada dalam benak mereka. Mereka melakukan antisipasi dengan sikap positif. Harapannya, keberuntungan bisa dicapai.
  3. Ingatlah segala kebodohan yang pernah Anda lakukan. Lalu, tulis di kertas. Berikutnya, sobek-sobek atau bakar kertas itu. Berjanjilah dalam hati untuk tidak mengulanginya. Mulailah menjalani hidup baru dengan sikap positif. Jadikanlah pengalaman hidup tadi sebagai bagian dan pedoman bagi diri Anda.
  4. Coba lihat dan tatap bayangan Anda dalam cermin. Apakah Anda menyukainya? Bila tidak, kemungkinan orang lain juga tidak menyukainya. Cobalah untuk tersenyum. Tersenyumlah pada kemalangan yang Anda alami. Segala sesuatu yang berharga tentu tidak akan datang dengan mudah. Jangan putus asa karena sekali gagal. Thomas Alfa Edison saja gagal 10.000 kali sebelum menemukan bola lampu pijar. Usahakan untuk mencintai diri sendiri, sebelum bisa menolong diri sendiri. 
"Suntikan vaksin" cara kinestetik
  1. Pada tangan yang tidak pernah digerakkan, ototnya tidak akan pernah tumbuh kuat. Pikiran dan tubuh kita memang memerlukan stres terukur agar bisa tumbuh kuat. Lakukan suatu latihan fisik yang tidak pernah Anda lakukan sebelumnya. Misalnya, panjat tebing. Rasakan setiap sensasi yang dihasilkan. Apakah tangan Anda pegal, terluka, serta kaki Anda tidak bisa digerakkan atau gemetaran? Jangan menyerah untuk sampai ke tujuan!
  2. Ikuti kegiatan baru atau kursus keterampilan, misalnya latihan teater, menari, dansa, kursus memasak, menggambar, musik, membuat keramik, dll. Dengan kegiatan ini Anda akan bertemu dengan orang baru yang mungkin memiliki pemikiran yang bisa ikut memotivasi Anda. Di sana Anda akan belajar sesuatu, beralih dari yang tidak bisa menjadi bisa. Ditambah lagi belajar untuk bersaing serta melihat bagaimana orang mengikuti kursus atau latihan dengan niat atau tujuan berbeda. Ada yang sekadar hobi, mengisi waktu luang, atau untuk usaha. Kegiatan demikian bukan berdasarkan siapa yang paling pintar atau cerdas, tetapi siapa yang punya ketekunan dan kegigihan untuk meraih tujuan.
  3. Ingat, gambar dan lakukan, serta tanamkan kata-kata berikut ini dalam diri Anda sambil mengerjakan tugas sehari-hari. Kata-kata itu adalah "sukses", "bisa", "akan", "coba", "pasti", atau Anda bisa mencari sendiri kata-kata yang cocok bagi Anda.
  4. Ikutilah seminar atau program outbond training bila suka. Perhatikan siapa pembicara atau pelatihnya. Apa saja materinya dan apa yang bisa mereka berikan kepada Anda. Namun jangan hanya terpukau pada iklan serta biaya besar yang belum tentu bisa memberikan "suntikan" yang baik. Bisa juga mencari bantuan konseling individu dengan seorang profesional.
  5. Akhirnya rasakan apakah "suntikan vaksin" itu terasa sulit dilaksanakan. Yang jelas, pada awalnya pasti ada yang mudah, ada pula yang sulit. Namun jangan segan-segan untuk terus mencoba dan kemudian melihat hasil yang dicapai. Yang penting, Anda tidak malu melakukan berbagai latihan itu dan ada kemauan untuk berubah. Bila dilakukan dengan sungguh-sungguh niscaya akan membuahkan hasil yang menggembirakan! [artikelpintar.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar